Selasa, 19 Mei 2009

Fisika Hypermedia Berkonteks Kearifan Lokal Bali

Dalam mengkaji suatu materi pembelajaran, keterkaitan antar topik harus tampak jelas oleh siswa dalam berbagai bentuk hubungan. Jalinan topik dengan beraneka ragam hubungan akan sangat membantu siswa meningkatkan kebermaknaan pembelajaran. Pemahaman terhadap relevansi materi yang dipelajari dengan kepentingan dirinya, serta materi yang kontekstual akan sangat meningkatkan motivasi belajar siswa. Keterkaitan antar topik juga memberi peluang pengkajian satu topik dari arah yang berbeda. Artinya, pembahasan satu topik tidak dilakukan secara seragam dengan arah yang sama. Kondisi ini akan memberi peluang kepada siswa untuk menggunakan potensi yang ada pada dirinya untuk memahami topik tersebut.
Selama ini keterkaitan antar materi dalam pembelajaran memang sudah banyak diusahakan. Namun, keterkaitan materi yang tertuang dalam buku teks masih bersifat linier. Buku teks linier adalah buku teks yang berisi konsep-konsep, contoh soal dan pemecahan, serta soal-soal latihan. Untuk menuju pembelajaran yang lebih bermakna, yang mana proses pembelajaran mampu mencapai tujuan yang digariskan, masih diperlukan suatu model yang mampu mengarahkan siswa pada jaringan pengetahuan (semantik). Perlu jembatan yang bagus untuk bisa mengantarkan siswa merajut materi pembelajaran untuk membentuk jaringan semantik, agar mereka sampai pada tujuan yang digariskan. Jembatan itu juga diharapkan mampu menghapus jurang yang memberi gambaran kepada siswa bahwa materi pembelajaran di sekolah hanya bersifat hapalan. Salah satu cara yang ditawarkan adalah modul físika kontekstual bermuatan kearifan lokal dalam seting hypermedia interaktif. Modul ini berisikan sajian permasalahan kontekstual bermuatan kearifan lokal, miskonsepsi beserta sangkalan, konsep ilmiah, animasi/simulasi, contoh dan latihan soal kontekstual bermuatan kearifan lokal. Beberapa contoh pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran fisika, yaitu: pada pembahasan listrik dikaitkan dengan pancadathu yang berfungsi sebagai penangkal petir, pada pembahasan gaya, momen gaya, keseimbangan, titik berat, massa, dan sebagainya, dikaitkan dengan konteks rumah tradisional Bali yang tahan gempa dengan sistem “saka”, sineb, “canggah wang”, dan “bale-bale”, pada pembahasan gesekan dikaitkan dengan konteks pemasangan uang kepeng “pis bolong” atau ijuk diantara tiang bangunan dan alasnya (“sendi”), dan sebagainya.
Pemanfaatan hypermedia dalam pembelajaran adalah untuk membantu siswa lebih memahami materi pembelajaran di sekolah. Hypermedia mengacu pada jenis lingkungan software yang unik yang mengkombinasikan karakteristik hiperteks dan multimedia. Istilah multimedia telah dipergunakan sepanjang waktu, lama sebelum komputer, tetapi sekarang biasanya digunakan untuk menggambarkan integrasi teks, grafik, animasi, bunyi, video, dan musik di dalam lingkungan software yang interaktif. (Antonenko,2005, Turner dan Handler, 1997, Theyßen, 2006, Santally & Senteni, 2005, Riddle, et al,1997). Lebih lanjut McKnight (1996) mengemukakan bahwa hypermedia merupakan perpaduan dari media audio, video, komputer, komunikasi, dan hypertexts. Hypermedia merupakan media dinamis dan tidak linier, yang konsep-konsepnya saling berkaitan dengan penuh makna dalam berbagai bentuk hubungan.

Selasa, 13 Januari 2009

Proses Pelaksanaan Kuliah Online

Seluruh mahasiswa yang mengikuti kuliah online, jika ada hal-hal yang perlu didiskusikan silahkan kirimkan komentar anda melalui blog ini. Untuk pengembangan sistem kuliah online ini ke depan, saya harap anda memberi respon yang objektif, suka atau tidak suka, serta hambatan-hambatan yang dialami. Anda juga bisa memberi komentar terhadap masalah yang dialami oleh rekan-rekan anda dari komentar yang mereka kirimkan. Jadi proses sharing informasi akan tumbuh-kembang secara terbuka, dan sebagai salah satu media pembelajaran dalam menyampaikan pendapat. Kegiatan ini juga akan terekam pada data statistik aktivitas kuliah online anda. Sangat saya hargai jika anda bersedia mengirimkan komentar sebelum tanggal 25 Desember 2009. Terima kasih.

Selasa, 23 Desember 2008

Pelatihan Membuat Blog

Blog saat ini sudah sangat populer. Banyak yang dapat ditampilkan melalui blog, seperti: pengumuman, informasi, materi pelajaran jika Anda sebagai seorang guru, profil diri, profil perusahaan, promosi produk, dll. Jadi, dengan blog Anda dapat menampilkan berbagai hal: sosial, ekonomi, pendidikan, bisnis, dll. Banyak provider yang menyediakan space gratisan, Anda bisa numpang, sementara Anda belum bisa menyediakan anggaran untuk itu. Misal di alamat: www.blogger.com, www.wordpress.com, dll.
Beberapa mahasiswa Jurusan D3 Undiksha (Akuntasi, Bahasa Jepang, Bahasa Inggris, Analis Kimia, dan Manajemen Perhotelan) telah mengikuti pelatihan membuat blog pada tanggal 22-12-2008. Beberapa dari Anda yang ikut pelatihan telah memberi komentar tentang pelaksanaan pelatihan. Saya harap Anda menulis komentarnya kembali, dan mohon mencantumkan alamat URL blog yang telah Anda buat.
Bagi mahasiswa lain yang tertarik membuat blog, Anda bisa mengikuti, dan jika ada masalah, tinggalkan komentar Anda. Ok...!

Sabtu, 20 Desember 2008

Buku Ajar Bagi Guru

1. Pendahuluan
Sesuai dengan istilahnya, Buku Ajar adalah buku yang digunakan oleh guru sebagai sumber acuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran bagi siswanya. Oleh karena itu, seyogyanya guru diharapkan mampu menyusun bahan-bahan ajar yang sudah dilakukannya bertahun-tahun menjadi sebuah buku ajar atau modul minimal untuk keperluan bagi guru itu sendiri dan siswa yang diajar di sekolahnya.
Kenapa mesti guru yang menyusun buku ajar? Salah satu Indikator Komponen Kompetensi Pengembangan Profesi, seorang guru dituntut: (1) Menulis buku pelajaran/modul/diktat, dan (2) Menulis diktat pelajaran. Di samping itu, Komponen Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran dan Wawasan Kependidikan, salah satu kompetensiya adalah Menyusun Rencana Pembelajaran. Untuk keperluan penyusunan rencana pembelajaran, seorang guru sudah pasti minimal memiliki alat-alat sebagai senjata utama, antara lain: Silabus/Kurikulum, Program Semester, Satuan Pelajaran (SP), Rencana Pelajaran (RP), sekarang tampaknya gabungan keduanya menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Jurnal. Apakah benar RPP gabungan antara SP dan RP? Berdasarkan pengamatan saya selama memeriksa berkas sertifikasi guru, RPP yang dibuat oleh guru mirip dengan RP masa lalu. Namun, pedoman evaluasi RPP pada sertifikasi guru menghendaki rincian materi sesuai dengan rincian materi yang dituangkan di dalam SP. Atas dasar itu RPP semestinya merupakan kombinasi antara SP dan RP.
Sebelum guru masuk ke ruang kelas atau laboratorium, guru sudah pasti membuat persiapan yang dituangkan ke dalam sebuah RPP. RPP biasanya disusun untuk lingkup materi satu pokok bahasan, dan merupakan persiapan untuk satu atau beberapa kali pertemuan tatap muka di kelas/laboratorium.
Di dalam RPP biasanya memuat: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Tujuan, dan Indikator, Materi, Metode, Sumber/Media, dan Evaluasi. Pada era pertengahan tahun 1980-an, antara SP dan Rencana Pelajaran (RP) dibedakan dengan tegas. Pada SP uraian materi dibuat rinci dan mendalam. Sedangkan pada RP, bagian metode dibuat dengan rinci yang mampu menggambarkan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru di kelas/lab.
Materi yang disusun pada sebuah SP biasanya cukup terinci. Secara konsepsual, materi yang disusun mengacu pada sumber-sumber relevan dan kebenarannya tidak diragukan, misalnya buku teks dari penerbit yang terakreditasi. Namun, dalam penguraian materi yang melibatkan contoh-contoh kasus biasanya menggunakan kasus yang ada di lingkungan. Dengan memaparkan contoh kasus di lingkungan siswa itu sendiri, logika berpikir siswa akan lebih mudah dibangkitkan dibandingkan memberi contoh kasus yang asing bagi mereka. Misalnya, sebagai sorang guru fisika di Seririt, hendak mengajarkan tentang kinematika, sangat kurang tepat menggunakan contoh-contoh pesawat terbang mendarat, atau kereta api sedang meluncur di rel. Dalam pikiran siswa, belum terpikirkan hal itu, walaupun mungkin mereka sering menonton televisi. Siswa akan lebih mudah memikirkan atau berlogika jika contoh yang digunakan adalah sepeda motor atau mobil, karena alat tranportasi yang paling banyak ada di Seririt adalah Sepeda Motor dan Mobil.
Jika paparan materi yang ditulis pada RPP mengacu pada buku-buku paket, maka paparan meterinya mengarah pada pemahaman konsep berorientasi kontektual. Jadi, guru mengawali pemaparan materi melalui pemberian contoh kasus di lingkungan siswa yang berhubungan dengan konsep yang akan dibahas.
Di samping rincian materi di dalam RPP sudah cukup lengkap, juga urutan penyajianmya dibuat secara logis, sehingga guru tidak akan kesulitan dalam merencanan strategis pelaksanaan pembelajaran yang akan dipaparkan pada bagian Metode di dalam RPP.
Hasil pengamatan, RPP yang dibuat oleh para guru yang mengikuti sertifikasi lebih menekankan pada perencanaan strategi yang akan diterapkan dalam proses pelaksanaan pembelajaran di kelas maupun di lab oleh guru mata pelajaran tertentu. Strategi ini, secara rinci dan logis dipaparkan pada bagian metode, yang meliputi: Kegiatan Pembukaan, Kegiatan Inti, dan Kegiatan Penutup. Semestinya, RPP yang dibuat oleh guru, kajian materi dibuat mendalam dan rancangan strategi pembelajaran disusun secara rinci.
Oleh karena RPP merupakan persiapan guru untuk pokok bahasan tertentu, sudah tentu dalam satu semester materi pelajaran terdiri beberapa pokok bahasan. Sehingga dalam satu semester akan dibuat beberapa buah RPP oleh guru. Dengan jalan mengedit dan menyusun kembali, serta memberikan ilustrasi agar menghasilkan perwajahan yang menarik maka akan dihasilkan sebuah buku ajar atau modul bagi siswa.
Adapun manfaat dari Buku ajar / Modul adalah sebagai berikut:
(1) Dapat mempercepat pemberian materi pelajaran, siswa tidak usah mencatat, cukup memperhatikan hal-hal penting yang diajarkan oleh guru.
(2) Siswa dapat membaca materi yang akan diajarkan lebih awal, dan menambahkan catatan ringkas yang dianggap perlu.
(3) Siswa diberi kesempatan lebih banyak mengemukakan pendapat tentang suatu kasus yang merupakan aplikasi dari teori yang diajarkan.
(4) Dalam buku ajar, dapat juga di sisipkan latihan-latihan yang harus dikerjakan siswa, yang berorientasi masalah kontektual. Jawabannya dapat dikumpulkan untuk tugas harian guna menambah nilai selain tes formatif dan sumatif.
(5) Guru tidak akan kekurangan waktu mengajar, walaupun mungkin waktu mengajarnya sering bertepatan hari libur nasional atau fakultatif.
(6) Soal standar dapat dibuat yang diambil dari buku ajar, sehingga penilaiannya lebih fair sesuai kemampuan siswa.
(7) Selain hal tersebut di atas, siswa mempunyai buku pegangan. Dengan buku ajar, teori yang disampaikan guru yang belum dapat dipahami oleh siswa, siswa dapat mempelajari kembali dari buku ajar tersebut.
(8) Dengan adanya buku ajar, jika ada tugas yang harus dikerjakan di rumah, siswa sudah memiliki petunjuk cara mengerjakannya.

2. Isi dan Susunan Materi Buku Ajar/Modul
Menurut Prof Yohanes Surya, Ph D, buku pelajaran yang mencerdaskan ialah buku yang dapat membuat anak-anak belajar jadi asyik, mudah, dan menyenangkan. Sehingga belajar tidak lagi menjadi sangat sulit. Contoh saja fisika, ketika orang mengatakan fisika,yang terbayang di kepala mereka adalah rumus-rumus. Hal itu yang seharusnya diubah. Diperlukan cara penyusunan buku-buku fisika agar tidak melulu memuat rumus-rumus. Ia menitik pentingkan ulasan ilmu fisika bukan bergantung pada rumus, melainkan konsep. Karena itu, peran rumus dapat diganti dengan logika. Surya mencontohkan: “misal ada suatu benda dengan kecepatan lima meter per detik. Berapa jaraknya dalam lima detik?. Untuk menjawab ini, cukup dengan logika. Lima meter per detik berarti dalam satu detik benda tersebut bergerak sejauh lima meter. Kalau lima detik, tinggal dikali saja dengan lima. Tidak perlu rumus apapun.”
Di samping itu, akan lebih mudah bagi siswa memahami konsep, jika masalah yang digunakan dalam memahami konsep merupakan pengalaman siswa di lingkungannya. Misal, alat tranportasi yang ada di sekitar Seririt yang paling banyak adalah sepeda motor atau mobil. Jangan menggunakan contoh pesawat Boing 737 atau Kereta Api, yang tidak pernh melintas di depan SMA Negeri Seririt. Walaupun siswa pernah melihat melalui TV. Dengan demikian, siswa tidak perlu harus dibebankan memikirkan, bagaimana wajah pesawat Boing 737, berapa penumpangnya, bagaimana pesawat bisa terbang, bagaimana mengukur waktu pesawat bergerak, dll. Demikian juga, untuk Kereta Api. Jadi dengan mengambil contoh pengalaman siswa, logika berpikir siswa untuk memahami konsep menjadi lebih mudah.

3. Strategi Penulisan Buku Ajar/Modul
Strategi harus diperhatikan dalam menyusun Buku Ajar atau modul. Jika tidak, buku ajar/modul tersebut akan ditinggalkan oleh siswa. Berikut cara praktis dalam menulis buku ajar yang pada umumnya disukai siswa.
(1) Sederhanakan
Isi buku ajar sebaiknya disederhanakan konsepnya sehingga mudah dipahami siswa. Pada umumnya rumus-rumus lebih sulit dipahami daripada logika dari rumus itu. Penggunaan kata-kata hendaknya menggunakan kata-kata yang mudah dikenal dan sudah akrab bagi siswa. Kata tertentu lebih susah dipahami di bandingkan kata lain yang akrab bagi siswa. Gunakan bahasa yang sederhana dan lugas yang sesuai dengan bahasa lokal siswa. Kalimat hendaknya dibuat sederhana dengan susunan Subjek-Predikat-Objek (SPO) untuk kamimat aktif atau Objek-Predikat Subjek (OPS) untuk kalimat pasif. Hindari menggunakan anak kalimat, apalagi sampai kalimat bercucu.
(2) Gunakan Bahasa Baku
Penulis buku ajar haruslah menguasai tata bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga memberikan makna tunggal untuk pengungkapan konsep. Kata baku lebih mengacu kepada konsepnya. Penguasaan bahasa merupakan syarat pertama setelah penguasaan bidang ilmu yang akan ditulis sehingga mampu mengungkapkan pikiran dengan jelas, cermat dan mudah dipahami. Hindari menggunakan bahasa asing, jika terpaksa hendaknya dicetak miring.
(3) Mulailah dari Kontektual
Yang dimaksud kontektual adalah aspek yang ada dalam lingkungan siswa. Umpamanya, guru menulis tentang Cahaya (konsep fisika), materinya hendaknya mulai dari cahay, misalnya cahaya matahari, cahaya lampu, benda-benda yang mengeluarkan cahaya, dll, yang siswa mudah memahaminya. Demikian juga, jika guru akan menulis unsur tanah, materi buku ajar dimulai dari tanah yang pernah dilihat siswa. Jika kita dapat menulis buku dimulai buku dari yang dikenal siswa, konsep yang akan diberikan akan mudah dikenali dan dipahami siswa. Sajikan contoh yang mudah dipahami sesuai dengan tingkat pemahaman dan logika siswa. Misalnya, jangan mengatakan seorang pengendara sepeda motor melintas dengan kecepatan 80 meter/detik. Pengendara sepeda motor bagi semuan siswa pasti sudah mengerti, tetapi tidak masuk akal kecepatan sepeda motor 80 meter/detik. Akan lebih baik dikatakan pengendara sepeda motor melintas dengan kecepatan 80 km/jam (sekitar 22 meter/detik).
(4) Buatlah Peta Pikiran
Peta pikiran sering disebut peta konsep. Tujuan pembuatan peta pikiran adalah mempermudah menjaring cakupan materi buku ajar yang akan ditulis. Dengan menggunakan peta pikiran dapat membantu cakupan materi modul yang akan ditulis. Tulislah topik utama di tengah kemudian buatlah topik-topik terkait untuk melingkari topik utama. Peta pikiran sangat membantu penulis untuk membuat kerangka buku ajar. Dengan peta pikiran, dapat membantu dalam mengontrol kedalaman materi yang ingin ditulis di dalam modul.
(5) Persolek di Perwajahan
Perwajahan buku ajar/modul, termasuk pilihan huruf, tabel, ilustrasi, dan warna yang digunakan perlu disolek agar menarik bagi siswa. Perwajahan yang baik dan menarik akan memberikan motivasi siswa untuk membaca dan membaca terus. Pilihlah ilustrasi yang sudah dikenal oleh siswa di lingkungannya. Pada umumnya siswa membaca lebih jauh terhadap hal-hal yang sudah mereka kenal namun hanya baru sebatas informasi. Di sini dibutuhkan kecermatan penulis buku. Sebaliknya, buku yang jelek dalam perwajahan akan dijauhi siswa karena membosankan. Ilustrasi yang humoris pada umumnya menarik bagi siswa. Tokoh-tokoh yang sedang menjadi idola, seperti tokoh film kartun dapat diselipkan sebagai gambar ilustrasi.

Jumat, 12 Desember 2008

Menumbuhkan Minat Baca

Minat baca rendah. Benarkah? Membaca hendaknya menjadi kebutuhan semua orang, terutama siswa dan mahasiswa, guru dan dosen. Membaca sebuah buku, ibaratnya bertanya dan belajar kepada guru/dosen. Membaca untuk pemahaman suatu konsep sangat penting untuk melatih kreativitas pikiran. Pada umumnya, siswa/mahasiswa lebih suka dijelaskan daripada membaca untuk memahami sesuatu konsep yang mereka sedang pelajari. Jika paradigma ini tidak digeser, cenderung menumbuhkan sikap pasif dari siswa/mahasiswa. Pada hal, paradigma pembelajaran saat ini menekankan siswa/mahasiswa sebagai pusat (student centered). Namun, masih kebanyakan guru/dosen lebih suka mengajar. Penomena ini cenderung membunuh kreativitas siswa/ mahasiswa untuk menggali pengetahuannya melalui membaca buku. Untuk itu, sangat penting guru/dosen menciptakan situasi agar siswa/mahasiswa terdorong untuk membaca buku. Salah satu langkah adalah menerapkan pembelajaran mandiri yang terstruktur.
Bagi siswa/mahasiswa yang tidak terlalu suka membaca, hendaknya melatih diri membaca apa saja yang paling menarik dahulu, seperti ceritra yang sangat dekat dengan kehidupan diri pribadi. Setelah minat baca tumbuh, alihkan ke materi pelajaran yang mudah dipahami. Selanjutnya, jaga kebiasaan membaca itu, dengan jalan membaca apa saja, misal: koran, majalah, jurnal, dll. Lama-kelamaan, membaca akan menjadi kebutuhan. Dan selanjutnya, kebiasaan membaca agar ditularkan kepada orang lain di sekelilingnya, sehingga minat baca rendah di kalangan siswa/mahasiswa tidak lagi menjadi wacana. Ok...!

Minggu, 07 Desember 2008

Buku, dan Belajar Mandiri

Belajar mandiri adalah suatu terobosan aktivitas belajar yang dilakukan siswa/mahasiswa, yang ingin meningkatkan pengetahuannya tanpa menggantungkan diri dari guru, atau dosen. Untuk mendukung proses ini berjalan optimal, buku mempunyai peran yang sangat penting. Tanpa buku, proses belajar tidak akan menjadi optimal. Buku dalam belajar mandiri berperan sebagai guru, atau dosen.
Buku yang ditulis oleh para pakar sesuai dengan bidang keahliannya, mungkin ada isi bukunya yang ditulis tidak bisa dipahami oleh pembaca, siswa, mahasiswa. Atau bahkan mungkin ada kesalahan konsep dalam pemaparannya, maka dipandang perlu membaca buku-buku lain yang sejenis.
Melalui buku pemahaman terhadap suatu pengetahuan akan meningkat. Buku adalah sebagai media belajar bagi semua orang. Buku di samping berperan sebagai guru, dapat juga berperan sebagai teman. Bertanya pada buku, jika ada suatu yang tidak diketahui. Kini sudah ada buku elektronik yang bisa dibaca melalui berbagai media. Baca buku, baca buku, dan baca buku.......!

Kuliah Maya

Kuliah Maya (online) di era teknologi informasi dan komunikasi saat ini merupakan suatu tuntutan. Namun untuk dapat berlangsungnya sistem perkuliahan online, banyak faktor yang harus dipersiapkan, antara lain: infrastruktur jaringan online, administrator, programer, teknisi, dan dosen pengelola mata kuliah. Dari segi user dalam hal ini mahasiswa harus dipersiapkan kemandiriannya.
Kemandirian mahasiswa dewasa ini tampaknya sudah tidak perlu diragukan. Justru yang masih diragukan adalah kesiapan dosen dalam mengelola sistem perkuliahan dari mata kuliah yang diasuh oleh dosen tersebut. Dosen dituntut mempersiapkan berbagai hal, antara lain: (1) memahami sistem kerja Learning Management System (LMS) yang digunakan, (2) menyiapkan materi dalam bentuk file-file elektronik yang akan disimpan di server, (3) tugas-tugas mahasiswa, (4) latihan soal-soal, (5) pengumuman, (6) forum, dll.
Dengan penerapan sistem perkuliahan online pada dasarnya menuntut kedisiplinan dari kedua belah pihak, baik pihak dosen maupun mahasiswa. Mahasiswa tidak akan dapat mengirimkan tugas jika waktu yang diberikan telah lewat. Desen dituntut mempersiapkan soal-soal latihan dan mengirimkan ke server, termasuk prosedur penilaiannya. Namun dibalik kesibukan dosen mempersiapkan soal-soal tersebut, dosen tyidak perlu menyediakan waktu dan tenaga untuk memeriksa, karena nilai sudah langsung tampil setelah mahasiswa selesai mengerjakan.
Ok... Kita coba terapkan....!